Sabtu, 19 Maret 2011

batas Radiasi Yang Bisa Diterima Manusia

 

Radiasi bukan hanya berasal dari nuklir, tapi juga bisa berasal dari lingkungan kita. Radiasi yang berasal dari alam sering disebut background cosmos. Selain dari alam, radiasi juga bisa berasal dari tindakan medis seperti CT Scan, rontgen, dan sebagainya.

Di luar background radiation, International Atomic Energy Agency telah membuat ketentuan tentang batas dosis radiasi yang bisa diterima dalam setahun. Menurut Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman, batas dosis radiasi yang ditetapkan Indonesia bahkan lebih ketat.

”Jepang memiliki batas dosis radiasi 10 miliSievert (mSv) setahun, sementara di Indonesia ditetapkan 1 mSv untuk masyarakat umum dalam setahun. Kalau bagi pekerja radiasi, ditetapkan dosis radiasinya 20 mSV untuk 5 tahun, tetapi tidak boleh melebihi 50 mSv dalam setahun,” tutur As Natio.

Berdasarkan hal itu, jika Anda sedang berada di Jepang sekarang, Anda bisa melakukan hitungan matematis. Ia mencontohkan, radiasi pada tanggal 15 Maret 2011 di Miyagi, Jepang, misalnya, 0,18 mSv. ”Jadi untuk mencapai batas yang dianjurkan, Jepang masih 2.600 hari,” kata As Natio.

Siapa pun yang berada di lingkungan dengan risiko terpapar radiasi wajib menghitung dosis radiasinya. Jika dosis radiasi berlebihan, keluhan seperti mual, sakit kepala, diare, dan demam biasanya akan dirasakan. Kalau sangat besar, dampaknya adalah kematian.


Sumber: http://kompas.com

Viagra Dari Racun Laba - Laba ??


Siapa pun tentu akan takut bila seekor laba-laba tiba-tiba menghampiri tempat tidur Anda. Namun, di masa mendatang, laba-laba bisa jadi penolong Anda, khususnya para pria, untuk tetap "beringas" memuaskan pasangan di atas ranjang.

Ya, menurut suatu penelitian yang dipublikasikan Journal of Sexual Medicine, sengatan laba-laba ternyata berpotensi membuat pria tetap "ereksi" selama berjam-jam.  Kini, para ilmuwan tengah berupaya menciptakan obat bagi pria yang mengalami problem disfungsi ereksi.

Laba-laba yang digunakan para ilmuwan tersebut adalah laba-laba dari Brasil dari spesies Phoneutria nigriventer atau juga dikenal sebagai laba-laba tentara, laba-laba pisang.
"Racun dari Phoneutria nigriventer sangatlah kaya akan beragam campuran molekul. Molekul ini disebut toksin, dan kami sudah meneliti beragam toksin dalam racun ini  dengan beragam aktivitas. Oleh karena itu pula, ketika manusia digigit laba-laba, kami dapat meneliti bermacam gejala termasuk priapism, sebuah kondisi di mana penis bisa terus-menerus ereksi," kata Dr Kania Nunes, fisiolog dari Medical College of Georgia.

Efek samping lain yang dapat muncul adalah kehilangan kendali otot, rasa sakit yang sangat, kesulitan bernapas. Jika korban tidak segera ditolong dengan antiracun, mereka bisa meninggal akibat kekurangan oksigen.

"Tetapi, efek-efek yang tidak biasa juga dapat digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual baik pada pria maupun wanita," kata Nunes.

Dalam risetnya, Nunes berhasil memisahkan senyawa penyebab ereksi dari racun. Toksin peptida yang disebut  PnTx2-6 itu kemudian diberikan kepada tikus di laboratorium.  Hewan pengerat ini sebelumnya telah dikondisikan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi. Pemberian "viagra baru" ini membuat tikus ternyata dapat membuat tikus ereksi dengan normal.

Menurut Nunes, setelah menyelidiki racun lebih lanjut, ia dan timnya mendapati cara kerja racun  laba-laba dalam membuat ereksi berbeda dengan cara kerja obat disfungsi ereksi yang saat ini sudah ada.
"Boleh dibilang kabar baik karena beberapa pasien tidak berhasil ditangani dengan terapi yang ada sekarang. Racun ini bisa menjadi pilihan lain untuk mereka," kata Nunes.

Laba-laba P nigriventer biasa didapati di dekat tanaman pisang di daerah tropis. Laba-laba, yang kakinya bisa memanjang hingga 10 hingga 12 sentimeter ini, sering  berkeluyuran dan menggigit ketika merasa terancam.

Tidak banyak kematian terlaporkan akibat gigitan laba-laba ini. Dari sekitar 7.000 kasus, hanya 10 yang diketahui meninggal.

Sumber: http://kompas.com

Toksoplasma Bukan Penyebab Utama Keguguran


Keguguran atau abortus bisa disebabkan banyak hal. Para ibu hamil biasanya dibayangi kecemasan akan risiko keguguran karena infeksi toksoplasma. Padahal, penelitian tak menemukan adanya kasus infeksi pada kasus keguguran.

Berdasarkan saat terjadinya, keguguran dapat diklasifikasikan menjadi keguguran preembrionik (terjadi di bawah usia kehamilan 6 minggu), keguguran embrionik (di usia kehamilan 6-8 minggu), keguguran janin (terjadi di usia kehamilan 8-12 minggu) dan keguguran janin lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu).

Menurut dr.Kanadi Sumpapraja, Sp.OG, MSc, dari Klinik Yasmin RSCM, Jakarta, wanita yang mengalami keguguran seharusnya melaporkan pada dokter jenis atau kategori kegugurannya.

"Pasien bisa menginformasikan keguguran di minggu berapa, bagaimana kondisi plasenta, dan sebagainya. Informasi ini akan menuntun dokter untuk melakukan investigasi penyebab kegugurannya," paparnya.

Keguguran preembionik dan embrionik banyak dihubungkan dengan kejadian kelainan kromosom, kelainan hormonal, gangguan endometrium dan faktor imunologi. Sementara keguguran janin awal dan lanjut banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia (sindrom darah kental).

Pada dasarnya, ada tiga investigasi dasar dalam kasus keguguran, yakni adanya kelainan kromosom, kelainan anatomi, dan kelainan pembekuan darah.

"Kasus infeksi, seperti toksoplasma, justru tidak ditemukan pada kasus keguguran berulang sehingga tidak direkomendasikan untuk diinvestigasi," katanya.

Ditambahkan  Kanadi, penelitian yang dilakukan oleh organisasi obstetri dan ginekologi di dunia juga tidak menemukan hubungan langsung infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus) dengan keguguran.

Diperkirakan 7-25 persen penderita keguguran berulang diakibatkan oleh adanya bentukan pembekuan darah yang menyumbat aliran darah ke plasenta. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan injeksi heparin untuk mencegah bekuan darah.

Sumber: http://kompas.com

Infeksi TORCH












Infeksi TORCH merupakan gangguan pada kehamilan yang bisa membahayakan janin. Jika infeksi ini diketahui di awal masa kehamilan, risiko penularan dari ibu pada janin bisa dikurangi sehingga cacat bawaan bisa dicegah.

TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV, dan herpes simplex) merujuk pada sekolompok infeksi yang dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya. Infeksi ini biasanya tidak bergejala, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes serum darah.

Pakar imunologi Dr.Liliane Grangeot-Keros dari Paris menyebutkan, infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10 persen keguguran dan cacat bawaan pada janin yang meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta kebutaan.

"Sebagian besar cacat itu bisa dicegah dengan melakukan skrining TORCH di trimester pertama kehamilan. Jika hasilnya negatif, para ibu bisa diberi edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri. Namun jika hasilnya positif, dokter bisa memberikan pengobatan untuk menurunkan risiko transmisi dari ibu ke janin," katanya dalam acara media edukasi 'Mewaspadai TORCH pada Kehamilan' di Jakarta (24/2/2011).

Di Indonesia, dari 54.000 kehamilan yang terinfeksi toksoplasma 70 persennya memiliki antibodi. Sementara itu, 60 persen wanita memiliki antibodi terhadap virus herpes simplex. Kendati demikian, 50-85 persen ibu hamil yang terinfeksi rubela di trimester pertama kehamilan janinnya beresiko tinggi mengalami cacat organ.
Namun menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG (K), skrining TORCH belum menjadi rekomendasi bagi ibu hamil.

"Statistik menunjukkan, dari 10.000 ibu hamil yang hasil skriningnya positif TORCH, hanya 10 saja yang hasil diagnostiknya juga positif. Karena itu, skrining TORCH masih diperdebatkan keakuratannya," katanya dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan, skrining prenatal hanya disarankan untuk mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, misalnya ibu yang terinfeksi HIV. "Untuk memberikan pengobatan pun standarnya adalah hasil diagnostiknya positif," papar dokter dari divisi fetomaternal departemen Obgyn FKUI/RSCM Jakarta ini.
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara pengambilan sedikit air ketuban untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya jauh lebih akurat dibanding dengan skrining berupa pengambilan darah. "Jika hasil skrining positif baru disarankan untuk melakukan diagnostik tes sebelum diberikan pengobatan," tuturnya.
Saat ini, pemeriksaan TORCH masih tergolong mahal untuk kebanyakan masyarakat. Akan tetapi, menurut Keros tindakan preventif jauh lebih murah daripada kuratif.

"Mungkin biaya tes terasa mahal, tapi ongkos yang harus ditanggung jika bayi menderita cacat sangat mahal, bukan cuma dari sisi ekonomi tapi juga psikologis," katanya.

Sumber: http://kompas.com

5 Langkah Cegah Toksoplasma


Toksoplasma merupakan penyakit infeksi yang ditemukan pada hewan di peternakan atau binatang peliharaan. Kucing merupakaan pembawa (carrier) penyakit ini dan dapat menularkan kepada manusia melalui tinja, terutama bila sudah kering dan terhirup oleh manusia.

Meski kucing dapat menyebarkan penyakit ini, mereka bukan sumber utama infeksi pada manusia. Manusia lebih mungkin mengalami toksoplasma saat mengonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sampai bersih setelah memegang daging. Kucing juga dapat mengidap toksoplasma dari daging mentah yang dikonsumsinya atau memangsa binatang lainnya, seperti tikus.
Kucing yang memangsa binatang mempunyai kemungkinan mengalami paparan atau infeksi. Pada banyak kasus, kucing tidak akan menampakkan tanda-tanda mengalami infeksi. Namun, jika kucing sudah kehilangan nafsu makan, demam, dan lesu, itu menjadi pertanda bahwa ia mengalami infeksi penyakit tersebut.

Manusia yang terkena toksoplasma akan mengalami gejala ringan seperti flu. Masalahnya akan semakin serius pada perempuan yang sedang mengandung atau pada orang yang bermasalah dengan kekebalan tubuhnya. Janin pada perempuan yang terinfeksi toksoplasma akan menjadi cacat saat lahir.

Anda dapat mencegah penyebaran toksoplasma dengan melakukan cara sederhana di bawah ini:

1.    Orang yang bukan perempuan hamil atau yang bermasalah dengan kekebalan tubuh sebaiknya membersihkan kandang hewan setiap hari. Membersihkan setiap hari sangat penting karena tinja kucing yang terinfeksi bisa menularkan setelah 36-48 jam.

2.    Gunakan sarung tangan karet atau sekali pakai saat membersihkan kandang. Setelah itu, cuci tangan secara merata menggunakan sabun.

3.    Sebaiknya sediakan makanan kucing dalam bentuk kering, kaleng, atau yang dimasak secara merata. Jaga agar mereka tidak mencari mangsa sendiri.

4.    Masak daging secara matang dan merata. Cuci tangan Anda dan peralatan lainnya yang kontak dengan daging mentah, seperti papan pemotong, pisau, dan bak pencuci.

5.    Gunakan sarung tangan saat berkebun. Anda tak tahu di mana tinja kucing biasa bertebaran. Setelah itu, cucilah tangan.

Sumber: http://kompas.com

Obat Pereda Nyeri Ancam Testis Bayi



Sebagian wanita hamil mengalami berbagai keluhan nyeri, seperti pegal, nyeri di seputar panggul, migren, dan sebagainya. Kendati demikian, ibu hamil disarankan untuk berhati-hati dalam mengonsumsi obat pereda nyeri karena dikhawatirkan mengganggu perkembangan organ seks bayi laki-laki.

Peringatan itu disampaikan para ahli yang dimuat dalam jurnal Human Reproduction. Menurut penelitian itu, penggunaan obat pereda nyeri dalam jangka panjang bisa menyebabkan bayi laki-laki mengalami gangguan testis sehingga sel sperma yang dihasilkan berkualitas buruk dan bisa menyebabkan gangguan kesuburan.

Obat-obatan pereda nyeri, seperti parasetamol, aspirin, atau ibuprofen, memang banyak dikonsumsi para ibu hamil untuk mengatasi gangguan nyeri, terutama migren. Mengonsumsi obat-obatan analegesik tersebut, apalagi apabila meminum dua jenis obat, akan meningkatkan risiko gangguan testis.

Masa kehamilan paling rawan terhadap ancaman kesehatan janin adalah saat usia janin 4-6 bulan.  Dibandingkan dengan wanita yang tidak mengonsumsi obat pereda nyeri, risiko yang minum obat penghilang sakit itu lebih tinggi dua kali lipat.

Para peneliti tersebut juga menduga, penggunaan obat pereda nyeri tanpa pengawasan dokter mungkin jadi biang keladi meningkatnya gangguan organ reproduksi bayi laki-laki dalam satu dekade terakhir ini. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah paparan bahan-bahan kimia yang dikenal dengan endokrin atau pengganggu hormon.

"Ibu hamil sebaiknya mengurangi konsumsi obat-obatan analgesik, bahkan menghindarinya selama kehamilan," saran Dr Henrik Leffers, peneliti senior dari Rigshospitalet di Kopenhagen, Denmark.

Sumber:http://kompas.com

Bahaya Paracetamol



Sekitar sebulan lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan peringatan akan banyaknya obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang dijual bebas dan mengandung parasetamol, bisa membahayakan karena berpotensi merusak liver.

Parasetamol merupakan obat analgesik yang populer digunakan untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan. Sebelumnya menurut rekomendasi FDA dosis aman mengonsumsi parasetamol tidak lebih dari 4000 mg dalam jangka 24 jam bagi orang dewasa dan anak berusia di atas 12 tahun.

Sayangnya karena parasetamol termasuk obat yang mudah didapat, overdosis obat baik sengaja atau tidak sering terjadi. Misalnya saja orang yang menderita arthritis atau nyeri sendi yang dengan mudah mengalami overdosis bila ia mengonsumsi obat arthrtitis tiap 4 atau 6 jam dan ditambah obat penghilang nyeri lainnya yang mengandung parasetamol dan biasanya dijual bebas. Obat nyeri sendi seperti tylenol mengandung 325 mg parasetamol dan 500 mg untuk jenis ekstra kuat.

Selama bertahun-tahun konsumen merasa aman dalam memilih parasetamol sebagai obat pereda sakit. Berbeda dengan painkiller jenis ibuprofen atau asetosal (asam asetilsalisilat), parasetamol tidak menyebabkan peradangan. Karena itulah obat ini sering dianggap aman.

Tetapi faktanya, studi terbaru menunjukkan parasetamol dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan liver, bahkan kematian.

Untuk menghidari efek samping tersebut, FDA menurunkan dosis aman parasetamol, yakni 3.250 mg untuk orang dewasa (sebagian ahli merasa dosis ini masih terlalu tinggi) dan untuk dosis tunggal tidak lebih dari 650 mg.

Selain itu karena kombinasi parasetamol dan alkohol bisa meracuni liver, maka orang yang mengonsumsi lebih dari tiga gelas minuman beralkohol disarankan untuk mengurangi asupan parasetamol dari dosis biasa.

Konsumen juga diharapkan mewaspadai kemungkinan over dosis karena mengonsumsi beberapa jenis obat yang mengandung parasetamol secara bersamaan untuk mengurangi gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri menstruasi, atau influenza.

Sumber: http://kompas.com

Menanti Supermoon Malam ini




Pemandangan bulan purnama terlihat di atas cakrawala Bumi.
Foto diambil dari Stasiun Antariksa Internasional (ISS) oleh Leroy Chiao yang memimpin misi Expedition 10.



Ups, ini bukan Superman. Ini adalah "Supermoon". Supermoon adalah fenomena ketika Bulan tampak lebih besar dari biasanya akibat kedekatannya dengan Bumi. Supermoon akan bisa dilihat Sabtu (19/3/2011) malam. Bulan akan tampak 7 persen lebih besar dari biasanya.

Supermoon sendiri bukanlah istilah dalam astronomi, melainkan dalam astrologi. Kalangan astrolog biasanya mengidentikkan supermoon dengan kekuatan jahat atau bencana. Seorang astrolog bernama Richard Nolle, misalnya, memperkirakan bahwa supermoon kali ini akan menimbulkan bencana gunung berapi dan badai.

Kabar yang beredar di internet juga menyebut bahwa supermoon yang akan terjadi esok berkaitan dengan bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang Jumat (11/3/2011) lalu. Namun, hal tersebut ditampik oleh para astronom dengan mengatakan efek supermoon sangatlah kecil.

Dalam dunia astronomi, Bulan bisa berada di titik terjauh dan terdekat dengan Bumi. Titik terjauh dikenal dengan apogee, sedangkan titik terdekat dikenal dengan perigee. Saat Bulan mencapai titik terdekat atau perigee inilah, fenomena yang dikenal dengan supermoon terjadi.

Publikasi space.com menyebutkan, Bulan akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi dalam kurun waktu 18 tahun terakhir. Bulan "hanya" 356,577 kilometer dari Bumi. Ini 30.000 kilometer lebih dekat dengan jarak rata-rata Bumi-Bulan biasanya yang berkisar 382.900 km.

Berdasarkan waktu Indonesia, jarak terdekat Bumi-Bulan tersebut akan terjadi pada Minggu (20/3/11) dini hari pada pukul 02.10 WIB. Puncak purnamanya sendiri bisa dinikmati pukul 01.11 atau 59 menit sebelum jarak terdekat Bumi-Bulan dicapai.

Bulan yang istimewa ini takkan bisa dinikmati langsung dengan mata telanjang. Untuk membedakan "kegemukannya", harus digunakan teleskop. Untuk menikmatinya pemandangan terbaik ini, seseorang juga mesti memlih lokasi yang lapang dan gelap hingga cahaya Bulan bisa lebih terang.

Akibat kedekatannya, maka Bulan akan sedikit memengaruhi kondisi di Bumi. Misalnya meningkatnya gelombang pasang yang terjadi akibat gaya tarik Bulan yang sedikit lebih besar. Bagi nelayan, kondisi ini perlu diwaspadai dan sebaiknya tak melaut.

Pengaruh lain adalah meningkatnya aktivitas seismik dan gunung berapi. Namun, sekali lagi efeknya sangat kecil. Jim Garvin dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt bahkan mengatakan, "Super dalam supermoon hanyalah karena penampakan yang lebih dekat."

Apa pun itu, menikmati fenomena alam yang jarang terjadi tentunya mengasyikkan. Apalagi bisa mengetahui "super"-nya bulan purnama. Selamat menanti Supermoon....

Sumber: http://kompas.com

Kenapa Reaktor Nuklir Jepang Meledak


Ledakan pada reaktor nuklir di Fukushima telah terjadi tiga kali sejak gempa dengan kekuatan 9 mengguncang Jepang, Jumat (11/3/2011) lalu. Ledakan pertama terjadi di reaktor nomor 1 hari Sabtu lalu, disusul ledakan di reaktor nomor tiga Senin, dan ledakan terakhir terjadi  di reaktor nomor 2, Selasa. Banyak pihak mengkhawatirkan terjadinya radiasi nuklir yang besar sebagai konsekuensi dari ledakan itu.

Namun, bagaimana sebenarnya ledakan bisa terjadi? Lalu, benarkah ledakan akan memacu bencana nuklir besar seperti yang dikhawatirkan? Untuk itu, perlu melihat beberapa hal penting terkait dengan proses ledakan reaktor, meliputi jenis reaktor, bagaimana reaktor bekerja, dan faktor yang memicu ledakan.

Staf pengajar Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada yang kini turut dalam pengkajian keselamatan teknologi nuklir di Swedia, Dr Alexander Agung ST, M.Sc, mengungkapkan analisis sementara terkait ledakan reaktor Fukushima 1 di situs web resmi Teknik Fisika UGM.

Ia mengungkapkan bahwa Fukushima I Unit 1 merupakan PLTN berjenis BWR (boiling water reactor). Daya listrik yang mampu dihasilkan adalah 460 MW, dengan daya termal 1553 MW dan asumsi efisiensi termal 30 persen. Reaktor tersebut dibangun akhir tahun 1960-an dan beroperasi awal 1970-an.

Ia mengatakan, "Pada reaktor nuklir, energi dihasilkan dari reaksi fisi atau pembelahan inti atom." Reaksi fisi juga menghasilkan energi radioaktf yang akan meluruh. Jumlah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi fisi adalah total dari energi fisi dan energi peluruhan radioaktif.

Besar kecilnya energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi tergantung dari banyak sedikitnya proses fisi. Reaksi fisi bisa dikendalikan dengan batang kendali atau control rods. Jika seluruh batang kendali dimasukkan, maka reaktor akan padam, dikenal dengan istilah shut down.

Pengamanan reaktor nuklir mengenal jargon 3C, yakni Control, Cool dan Contain. Control terkait upaya mencegah peningkatan tajam energi, Cool terkait dengan upaya mendinginkan bahan bakar, dan Contain berkaitan dengan upaya menjaga bahan radioaktif agar tetap dalam reaktor.

"Perlu diingat bahwa ketiganya bisa berfungsi sebagai aspek pertahanan," katanya. Kalau kontrol tak berfungsi, maka masih ada sistem pendingin. Kemudian, jika sistem pendingin tak juga berfungsi, maka masih terdapat pengungkung reaktor yang akan mencegah lepasnya materail radioaktif.

Nah, ledakan di reaktor Fukushima 1 berhubungan dengan kegagalan pada sistem proteksi dan faktor yang berkaitan dengannya. Ketika gempa terjadi, sistem kontrol sebenarnya berhasil berfungsi dengan memadamkan reaktor sehingga reaksi fisi di dalam reaktor tak terjadi lagi.

"Akan tetapi, masih ada energi dari peluruhan radioaktif. Pada saat reaktor padam, masih ada 7 persen dari 1.553 MW, atau sebesar 107 MW," ungkapnya. Dalam kondisi tersebut, sistem pendingin seharusnya bekerja untuk mengalirkan air saat awal sistem tersebut berfungsi.

Sayangnya, sistem pendingin akhirnya ngadat setelah satu jam sebab generator listrik mati akibat tsunami. "Situasi tersebut dikenal dengan istilah LOFA (loss of flow accident), yakni pendingin tetap ada, namun tidak mengalir," papar Alex. Akibatnya panas tak bisa ditransfer.

Menurut Alex, ada dua fenomena yang bisa terjadi. Pertama, naiknya suhu pendingin memicu pendidihan sehingga bagian atas reaktor tertutup uap air. "Jika ini terjadi, kemungkinan pelelehan bahan bakar besar. Jika bahan bakar meleleh, bahan radioaktif akan terlepas ke sistem pendingin," jelas Alex.

Kemungkinan kedua adalah kenaikan suhu selongsong bahan bakar. Selongsong merupakan pembungkus bahan bakar yang terbuat dari logam campuran Zirkonium. Jika suhu meningkat hingga 900 derajat celsius, maka zirkonium akan teroksidasi oleh air sehingga menghasilkan hidrogen.

Alexander mengungkapkan, hingga saat ini belum jelas fenomena apakah yang terjadi. Namun, ia menduga bahwa hidrogen yang terakumulasi bereaksi dengan oksigen sehingga terjadi ledakan hidrogen. Hal tersebut menyebabkan ledakan di Fukushima 1 Unit 1. Kekuatan ledakan cukup kuat untuk meruntuhkan bangunan di sekitarnya, namun tidak sampai merusak selongsong pelindung reaktor.

Faktanya, ledakan terjadi di reaktor-reaktor tersebut setelah TEPCO (Tokyo Power Electric Company) mengalirkan air laut untuk mendinginkan reaktor secara langsung. Terjadinya ledakan juga disebut bagian dari proses pendinginan reaktor yang tidak membahayakan reaktor tersebut.

Radiasi dilaporkan telah mencapai Tokyo, tapi tidak membahayakan kesehatan manusia. Pejabat pemerintah Metropolitan Tokyo mengungkapkan, "Kami memantau tingkat radiasi yang melampaui batas normal terjadi pagi ini di Tokyo. Namun, kami tidak menilai bahwa hal itu sudah berada dalam level yang berbahaya bagi tubuh manusia."

Permbangkit listrik tenaga nuklir itu berada 250 kilometer timur laut Tokyo. Kantor Berita Kyodo juga melaporkan bahwa tingkat radiasi di kota Maebashi, 100 kilometer utara Tokyo, naik 10 kali lipat di atas batas normal.

Sumber: http://kompas.com

Ledakan Aurora dalam Terang Bulan


Aurora borealis adalah salah satu fenomena alam terindah di Bumi. Merekam keindahannya dengan kamera, apalagi dalam kondisi terang bulan purnama, bukanlah hal mudah sebab cahaya aurora borealis akan "kalah" oleh cahaya bulan.

Tapi, fotografer asal Jerman Kerstin Langenberger berhasil melakukannya. Dalam fotonya, aurora borealis terlihat terang dalam cahaya Bulan, seolah fenomena tersebut muncul di siang bolong.
Langenberger berhasil memotret setelah menantia selama 300 jam menunggu fenomena itu muncul. Ia mengungkapkan, "Aurora harus sangat terang untuk bisa tampak saat ada Bulan. Ini jarang terjadi sehingga gambar seperti ini sangat jarang."
Foto Langenberger berhasil menguak keindahan Thingvellir National Park, tempat pengambilan foto yang menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO. Dalam foto itu, aurora tampak sebagai ledakan cahaya hijau dan ungu.
Aurora dijumpai di Kutub Utara dan kutub selatan Bumi. Aurora yang dijumpai di kutub utara disebut Aurora Borealis atau Northern Light sementara yang dijumpai di Kutub selatan disebut Aurora Australis.

Fenomena ini muncul akibat partikel bermuatan dari Matahari yang dihantarkan ke Bumi. Partikel tersebut tertarik oleh medan magnet Bumi, melepaskan energi hingga menghasilkan cahaya di lapisan ionosfer.

Kemunculannya tiba-tiba. Langenberger harus tiba di lokasi siang hari sehingga bisa mempersiapkan semua alat-alat untuk memotret. Malam harinya, ia harus sabar menanti si aurora datang.

"Kesulitannya adalah mengetahui dimana aurora muncul dan seperti apa nanti. Untuk waktu lama, tak ada yang terjadi dan hanya bisa menunggu. Namun, tiba-tiba langit malam hari mengalami ledakan aurora," kata Langenberger.

Langenberger mengungkapkan, "Ledakan aurora biasanya bertahan hingga beberapa menit, lalu ia akan menghilang. Aurora mungkin muncul lagi, tetapi bisa juga tidak. Tak ada yang tahu nantinya."

Aurora bukan hanya bisa muncul di Bumi. Hubble Space Telescope pernah menangkap fenomena aurora di Jupiter dan Saturnus, bahkan di satelit Jupiter yaitu Io, Europa dan Ganymede. Uranus dan Neptunus dilaporkan juga memiliki aurora. 

Sumber: http://kompas.com

Kamis, 17 Maret 2011

Kemiri Menyehatkan Rambut sampai Perut


Masyarakat Indonesia sudah lama memanfaatkan minyak biji kemiri sebagai penumbuh dan penyubur rambut. Bila teratur mengoleskan minyak kemiri ke kulit kepala, rambut akan tumbuh sehat, tebal, dan berkilau.
Buah kemiri (Aleurites moluccana) juga diyakini berkhasiat mengobati buang air besar yang berdarah, diare, disentri, sakit perut, sembelit, demam, sariawan, dan sakit gigi.

Kemiri mengandung zat gizi dan nongizi. Zat nongizi dalam kemiri misalnya saponin, falvonoida, dan polifenol. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa ketiga komponen ini memiliki arti besar bagi kesehatan. Kandungan zat gizi mikro yang terdapat dalam kemiri contohnya protein, lemak, dan karbohidrat.
Mineral yang dominan dalam kemiri adalah kalium, fosfor, magnesium, dan kalsium. Juga terkandung zat besi, seng, tembaga, dan selenium, dalam jumlah sedikit.
Kandungan penting lainnya adalah vitamin, folat, serta fitosterol yang dapat meruask enzim pembentuk kolesterol di dalam hati, sehingga menghambat pembentukan kolesterol.
Protein pada biji kemiri terdiri dari asam amino esensial maupun nonesensial. Fungsi asam amino esensial antara lain untuk pertumbuhan karena asam amino terdapat di semua jaringan dan membentuk protein dan antibodi.
Asam amino nonesensial yang menonjol pada kemiri, yaitu asam glutamat dan asam aspartat. Keberadaan asam glutamat yang memberikan rasa nikmat ketika kemiri digunakan sebagai bumbu. Hal itu membuat kemiri dapat mengganti penyedap masakan seperti MSG.

Sumber http://health.kompas.com